It’s been years. How are you?

It’s 2021. We are still in a corona pandemic season. Joe Biden somehow is now a US president. Hoverboard is still not a thing. Cryptocurrency is skyrocketing (or not, depends on Elon Musk)

and I am still having no companion. Here sitting in a newly-built Starbucks near my home.

Let’s talk about 2020. Well I mean we have 3 years worth of stories to catch up but let’s focus on this.

There was a TikTok I saw few days ago. The creator claimed that in our lifetime, we fall in love with three people in our lifetime.

Our first love. This love often happens in at a young age. We eventually grow apart, call it quits over silly things. When you grow older you may look back and think it wasn’t love but the truth is, it was. It was love for what you knew love to be.

I genuinely believe I have already passed this phase with my junior high school friend. We happened to be a classmate for three years, and we went to the same high school. We actually never ended up together, but I am pretty sure both of us have moved on from this. I do.

The hard one. You get hurt in this one. This love teaches us lessons and make us stronger. This love includes great pain, lies, betrayal, abuse, drama and damage but this is the one where we grow. We realize what we love about love and what we don’t love about love. Now we become closed, careful, cautious, and considerate.

This phase took the longest time. Seven years to be exact.

Seven wasted years.

I fell in love with her the second I met her.

I still remember the second I looked at her and felt something inside my heart.

[will finish this when i am in the right headspace]

Banyak Jalan Menuju Roma (Lewat Dubai Bisa)

Keputusan saya untuk mengikuti program International Exposure dari Djarum Beasiswa Plus dapat dikatakan sangat impulsif. Sebagai mahasiswa dari program studi teknik sipil, saya tidak mempunyai ilmu dasar yang mumpuni mengenai diplomasi internasional dan bagaimana simulasi sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa atau yang dikenal sebagai Model United Nations (MUN) berjalan. Dengan bermodalkan esai 400 kata (dan sedikit keberanian), saya memutuskan untuk mengikuti seleksi internal untuk delegasi Djarum Foundation pada program International Exposure Beswan Djarum 2015/2016. Satu hari sebelum batas akhir pendaftaran, saya mengirimkan esai saya kepada panitia seleksi.

Satu minggu kemudian, sebuah laman telah mengubah hidup saya untuk dua bulan ke depan.

4 Februari 2017. Kami bersepuluh dipertemukan untuk pertama kalinya di Jakarta. Sembilan delegasi terbaik lainnya berasal dari Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Andalas, Universitas Gadjah Mada, Universitas Katolik Parahyangan, Universitas Padjajaran, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Sebelas Maret, dan Universitas Sumatera Utara. Sebagai wakil pertama dari Universitas Mulawarman di program International Exposure, tentu saja hal ini membawa kebanggaan bagi saya karena mampu menunjukkan bahwa kualitas mahasiswa Universitas Mulawarman mampu setara dan dapat bersaing dengan mahasiswa dari universitas-universitas terbaik di Indonesia.

Setiap akhir pekan, selama empat minggu di bulan Februari, kami bersepuluh menjalani latihan intensif di Jakarta sebagai persiapan untuk mengikuti Rome Model United Nations 2017. Kami belajar banyak dari Kak Matthew Hanzel selaku pelatih kami selama pelatihan, dari public speaking, ilmu berdiplomasi, menyusun position paper hingga draft resolution. Kami sendiri terbagi ke dalam lima kelompok berbeda, sesuai dengan komite masing-masing, yakni: United Nations Security Council (UNSC); Food and Agriculture Organization (FAO); United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO); United Nations Environment Programme (UNEP); dan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR). Saya sendiri masuk ke komite UNHCR bersama Alicia Beverly Weley, delegasi dari Universitas Sam Ratulangi. Satu bulan tentu saja menjadi waktu yang singkat untuk mempelajari semua, namun hal ini menjadi pemicu semangat kami untuk menyiapkan yang terbaik, karena kami merupakan sepuluh delegasi terpilih dari Djarum Foundation untuk mewakili Indonesia di kancah internasional.

Peserta International Exposure. Dari kiri: Jonathan, Alicia, Rosy, Evan, Hani, Raissa, Nicholas Saputra, Very, Karina, Satria

9 Maret 2017. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 17 jam 45 menit dengan pesawat Boeing 777 dan Airbus A380, kami menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Benua Eropa, tepatnya di Aeroporto Internazionale Leonardo da Vinci, Italia. Angin yang berhembus dingin menyambut kami semua, manusia yang terbiasa dengan iklim tropis Indonesia yang hangat. Segera kami percepat langkah menuju kereta api, dengan tujuan utama kawasan hotel kami menginap. Hotel Cilicia akan menjadi rumah kami selama beberapa hari ke depan di Roma. Perjalanan kami dari stasiun Tuscolana menuju hotel sangatlah berkesan, karena kami harus menarik koper 20 kilogram kami sejauh 2 kilometer dikarenakan kami masih belum paham cara kerja dari bus kota di kota Roma. Perjalanan maha berat ini sukses ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit, hingga akhirnya kami sampai di hotel. Pada malam harinya, kami menikmati pizza autentik Italia untuk pertama kalinya, sebagai menu makan malam utama. Malam pertama di Italia dan saya sudah rindu dengan cita rasa Nasi Kuning khas Samarinda.

10 Maret 2017. Kami mengunjungi Kedutaan Besar Republik Indonesia di Roma dalam rangka silaturahmi dan belajar singkat mengenai diplomasi di Eropa. Bapak Charles F. Hutapea selaku Counsellor Penerangan Sosial dan Budaya dan Ibu Aisyah Allamanda selaku Sekretaris III untuk Sosial Budaya menyambut kedatangan kami selama di kedutaan. Dalam diskusi ringan selama kurang lebih dua jam mengenai diplomasi internasional terutama di Eropa, isu-isu internasional yang sedang menjadi perbincangan hangat, serta pengalaman beliau selama menjadi diplomat Indonesia. Bapak Charles juga menceritakan pengalaman-pengalaman unik beliau ketika masih menjadi mahasiswa jurusan Hubungan Internasional di Bandung. Diskusi ringan ini diakhiri dengan makan siang bersama dan sesi foto bersama.

Satu hal unik dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Roma ialah terdapat sebuah lukisan yang telah berusia sekitar 400 tahun, yang terpajang di salah satu ruangan di kedutaan. Lukisan ini sendiri telah ada ketika Presiden Soekarno membeli rumah ini untuk difungsikan sebagai kedutaan, sehingga lukisan ini pun menjadi milik Republik Indonesia. Informasi yang kami dapatkan dari Bapak Charles menyebutkan bahwa Pemerintah Italia meminta kepada Pemerintah Republik Indonesia agar tidak membawa lukisan ini keluar dari Italia, karena lukisan ini sendiri dianggap sebagai warisan budaya Italia.

Setelah kunjungan ke KBRI Roma, kami semua menuju ke tempat pelaksanaan Rome Model United Nations 2017, yakni di Università degli Studi Internazionali di Roma (UNINT) untuk melakukan survei tempat. Setelah tiba di UNINT dan mengetahui rute bus yang harus kami tempuh esok hari, kami semua pulang dan kembali menuju hotel. Matahari hampir terbenam, dan kami semua terkejar waktu untuk segera kembali ke hotel. Namun tak disangka, pada saat kami transit di salah satu pemberhentian bus, kami secara tidak sengaja telah berada di kawasan San Giovanni, dimana di kawasan ini terdapat Arcibasilica Papale di San Giovanni in Laterano (Basilika Agung Santo Yohanes Lateran), ibu gereja bagi seluruh penjuru dunia yang dihuni oleh manusia di komunitas umat Katolik Roma. Gereja ini sendiri selesai dibangun pada tahun 1735 M, dan merupakan karya dari arsitek Italia bernama Alessandro Galilei.

Selain itu, di kawasan ini terdapat pula Obelisco Lateranense (Obelisk Lateran), yakni sebuah obelisk bergaya Mesir tertinggi di dunia saat ini. Obelisk ini pada awalnya dibawa oleh Konstantius II, seorang Kaisar Romawi pada abad ke-4 dari Karnak, Mesir untuk dibawa ke Konstantinopel, yang saat ini dikenal sebagai Kota Istanbul, Turki. Konstantinopel sendiri merupakan ibukota dari Kekaisaran Romawi pada saat itu. Sayangnya, obelisk ini tidak pernah sampai ke tujuan utamanya, yakni Konstantinopel. Tentu saja, kunjungan singkat kami ke kawasan San Giovanni ini menjadi pengalaman manis yang tak terduga dan tentunya menjadi latar belakang yang manis untuk foto kenang-kenangan kami semua. Setelah tiba di hotel, kami semua langsung menuju kamar masing-masing untuk mempersiapkan diri, karena kompetisi akan dimulai esok harinya.

Jonathan, Evan, Teddy, dan Satria di kawasan San Giovanni

11 Maret 2017. Hari ini merupakan pembukaan International Careers Festival 2017, sebuah kompetisi multibidang berskala international, termasuk diantaranya Rome Model United Nations 2017. Kami semua berangkat sekitar pukul 08:30 menuju Auditorium della Tecnica, tempat pembukaan International Careers Festival.  Perjalanan dengan menggunakan bus kota memakan waktu sekitar 45 menit, dikarenakan kamu harus transit terlebih dahulu di Roma Termini, stasiun utama di Kota Roma. Sesampainya di venue acara, kami segera melakukan registrasi ulang, dikarenakan acara pembukaan akan dimulai sekitar pukul 10:00. Acara pembukaan sendiri berlangsung hingga pukul 13:00. Seluruh peserta kemudian menuju ke venue  perlombaan masing-masing untuk makan siang. Kegiatan Rome Model United Nations 2017 sendiri akan dilaksanakan Università degli Studi Internazionali di Roma (UNINT)

Delegasi Djarum Foundation pada pembukaan International Careers Festival

Kegiatan perlombaan akan berlangsung selama tiga hari, dimana tentu saja dinamika perlombaan akan berbeda antar setiap komitenya. Komite saya sendiri, yakni United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) berfokus kepada koordinasi langkah-langkah internasional untuk melindungi pengungsi dan menyelesaikan permasalahan pengungsi di seluruh dunia. Komite UNHCR merupakan komite dengan jumlah negara perwakilan terbanyak, yakni sekitar 60 negara dengan sistem double delegates, yang artinya satu negara dapat diwakilkan oleh dua delegasi. Saya bersama Alicia mewakili Republik Filipina, dimana selama sidang UNHCR kami harus mampu melakukan penyampaian pidato, argumen, kritik, serta solusi yang sejalan dengan prinsip negara yang kami wakili. Tentu saja hal ini membutuhkan persiapan yang komprehensif dari jauh-jauh hari. Persiapan yang kami lakukan selama pelatihan di Jakarta terbukti dapat diterapkan secara efektif selama simulasi sidang.

Bersama teman sekelompok, Alicia Beverly

Selama tiga hari, kami selaku wakil dari Republik Filipina bersama perwakilan negara-negara lainnya melakukan pembahasan tentang isu utama di komite kami. Terdapat tiga isu utama yang kami bahas selama simulasi sidang, yakni:

  1. Organizing and facilitating legal migration and mobility;
  2. Preventing and reducing irregular migration and trafficking in human beings;
  3. Promoting international protection and the external dimension of asylum policy.

Penguasaan terhadap kemampuan bahasa Inggris kami akan sangat diuji dalam tiga hari kedepan, dikarenakan kami harus terus mengikuti jalannya sidang dengan mendengarkan seluruh pendapat yang dikemukakan selama jalannya sidang. Pada hari pertama sidang, peserta sidang mencoba untuk menelaah tiga topik yang kami bahas secara mendalam, seperti mengetahui apa saja faktor penyebabnya serta bagaimana tindakan pencegahan dan solusi yang pernah diambil di negara anggota terhadap permasalahan serupa. Sidang pada hari pertama dapat dikatakan berjalan lancar, dikarenakan masing-masing perwakilan negara belum berdebat satu sama lainnya mengenai topik yang dibahas di komite kami. Tentu saja, terdapat beberapa peserta yang hanya sekedar mengamati peserta lainnya yang lebih aktif dalam menyampaikan pendapat. Kami sendiri mencoba untuk aktif dalam sidang hari pertama ini, walau tentu saja terdapat perasaan gugup yang menyelimuti kami setiap kami mencoba untuk menyampaikan pendapat.

12 Maret 2017. Ketegangan mulai muncul pada sidang hari kedua. Selayaknya sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa sebenarnya, mulai terbentuk blok-blok negara yang saling berkelompok sesuai dengan kesamaan pikiran dan prinsip dari negara yang diwakilkan. Masing-masing negara yang tergabung di blok yang sama akan membantu menguatkan argumen dari negara anggota bloknya, dan menyerang negara lain yang memiliki pendapat berbeda. Selain itu, di hari kedua ini simulasi sidang mulai mengarah ke pembuatan Working Paper, yakni sebuah dokumen yang memuat solusi umum terhadap isu yang sedang dibahas. Working Paper ini sendiri akan mengarah ke pembuatan Draft Resolution, yakni dokumen yang berisi tentang dasar pengambilan keputusan serta solusi sistematik dan teknis mengenai isu yang sedang dibahas. Pada akhir hari kedua sidang, kami selaku delegasi Republik Filipina mampu mengajukan rumusan Working Paper sebagai bahan diskusi sidang di hari ketiga. Selain kami, terdapat pula delegasi Belanda yang juga mengajukan Working Paper rumusannya. Tentu saja hal ini menjadi kebanggaan bagi kami, karena mampu menyusun sebuah dokumen yang sangat krusial pada jalannya simulasi sidang ini. Selain itu, pengajuan Working Paper sendiri harus didukung oleh lima delegasi lain, dalam hal ini kami mendapat dukungan dari delegasi Selandia Baru, Swedia, Yordania, dan Pakistan.

13 Maret 2017. Hari ini merupakan hari terakhir dari pelaksanaan sidang simulasi. Simulasi sidang hari ini berfokus kepada pembahasan Working Paper dan juga perumusan Draft Resolutions. Draft Resolutions sendiri harus dikumpulkan selambat-lambatnya pada pukul 14:00. Tentu saja, hal ini menjadi satu tantangan dimana kami harus mampu mengikuti jalannya sidang sambil mencoba merumuskan apa-apa saja yang akan kami masukkan ke dalam dokumen Draft Resolutions. Untungnya saja, saya dan Alicia sudah menyiapkan dokumen Draft Resolutions sejak dari Jakarta, dimana kami hanya perlu melakukan penyesuaian isi sesuai dengan usulan-usulan yang muncul selama simulasi sidang. Kami juga memasukkan solusi-solusi tambahan yang diberikan oleh negara sponsor di blok kami, blok Republik Filipina. Kami bahkan harus merelakan waktu makan siang kami untuk menyiapkan dokumen ini sebaik mungkin agar dapat dikumpulkan dan dibahas. Satu dokumen sendiri harus disponsori oleh lima negara dan sedikitnya ditandatangani oleh sepuluh negara. Upaya pendekatan dan negosiasi ke delegasi-delegasi negara lainnya sangatlah penting, dimana saya dan Alicia harus menjelaskan ke delegas-delegasi lain apa keunggulan dari solusi yang kami tawarkan, sehingga mereka mau menandatangani dokumen draft resolution dari kami. Kami berhasil mengajak tujuh negara untuk menandatangani dokumen kami, yakni Australia, Hungaria, Iran, Korea Selatan, Pakistan, Portugal, dan Yunani.

Pada akhirnya, hingga batas waktu pengumpulan, terdapat empat dokumen Draft Resolutions yang masuk, yakni dokumen yang dipimpin oleh delegasi Belanda, Amerika Serikat, Belgia, dan Republik Filipina. Misi kami untuk dapat memasukkan dokumen Draft Resolution akhirnya berhasil, dimana hal ini menjadi sebuah tantangan yang diberikan oleh pelatih kami, yakni Kak Matthew.

Pada sela-sela sidang, terdapat dua sesi diskusi singkat dengan pembicara yang diundang oleh pihak panitia. Di ruangan komite UNHCR sendiri, Duta Besar Ukraina untuk Italia serta Duta Besar Slovenia untuk Italia menjadi pembicara sesi diskusi tersebut secara terpisah. Hal ini tentu saja menjadi kesempatan bagi para peserta untuk memperdalam pemahaman seputar masalah pengungsi dan imigran di Eropa dari sudut pandang kedua duta besar tersebut. Saya sendiri dapat mengajukan pertanyaan kepada masing-masing duta besar, selain untuk menambah pengetahuan, juga untuk menujukkan kepada pihak juri yang berada di ruangan bahwa kelompok kami, saya dan Alicia, memiliki kapasitas untuk dipertimbangkan sebagai penerima penghargaan di akhir sesi simulasi sidang nanti. Tentu saja, saya selalu menyebutkan negara asal saya, Indonesia, setiap kali mengawali pertanyaan untuk diajukan ke kedua duta besar tersebut. Ada perasaan bangga setiap kali saya mengucapkan Indonesia di depan peserta-peserta lain, yang umumnya berasal dari Eropa.

Kembali ke jalannya sidang, dikarenakan keterbatasan waktu maka hanya terdapat satu dokumen draft resolution yang dapat dibahas lebih lanjut. Selebihnya, dokumen-dokumen lain termasuk yang saya dan Alicia ajukan hanya dibacakan oleh ketua sidang. Tentu saja hal ini menjadi kerugian di pihak kami, namun saya dapat melihat reaksi para peserta lain ketika solusi-solusi yang kami ajukan dibacakan. Mereka terlihat kagum dengan kepiawaian kami merumuskan solusi atas isu-isu yang dibahas, dan solusi yang kami tawarkan di dokumen lain mampu bersaing dengan dokumen-dokumen lainnya yang ada. Pada tahap akhir, yakni pemungutan suara, dilakukan pemilihan dengan sistem simple majority, dimana 50% + 1 peserta sidang setuju agar resolusi dapat disahkan. Pada sesi ini, resolusi dari delegasi Belanda lah yang berhasil mendapatkan suara mayoritas. Dengan demikian, pelaksanaan sidang selama tiga hari resmi ditutup dan semua peserta sidang menyerukan suka cita karena beban pikiran, mental, dan tenaga selama tiga hari terakhir telah berakhir, termasuk saya sendiri. Sekarang, kami semua tinggal menunggu hari esok, dimana akan diumumkan delegasi yang akan mendapatkan penghargaan best delegation, best delegate, honourable mention, serta best position paper.

Sempatkan berfoto di hari terakhir sidang

Pukul 19:00, saya dan Alicia kembali berkumpul dengan delapan delegasi Djarum Foundation lainnya. Kami memutuskan untuk makan malam di Petrolini Bar Ristorante di sekitar stasiun Termini, menikmati makan malam khas Italia dengan suasana yang santai namun romantis.

Makan malam setelah berjuang selama tiga hari terakhir

14 Maret 2017. Hari ini adalah penutupan Rome Model United Nations 2017. Menembus angin pagi Roma yang dingin, kami menuju ke halte bus untuk transit di kawasan San Giovanni. Setelah menyempatkan diri untuk berfoto-foto ria (lagi) di kawasan San Giovanni, kami segera menaiki bus untuk menuju ke UNINT. Sesampainya di UNINT, kami segera menuju ke ruangan sidang kami masing-masing. Penutupan Rome Model United Nations 2017 sendiri dilakukan di masing-masing komite secara sederhana. Tiga pimpinan sidang, yakni Ali Zain Kara (Turki), Vaibhav Mittal (India) dan  Antonio Attolico (Italia) memberikan pendapat mereka bagaimana tentang keseluruhan jalannya simulasi sidang selama tiga hari terakhir. Pada sesi akhir penutupan, ketiga pimpinan sidang memberikan penghargaan kepada delegasi-delegasi terbaik. Delegasi perwakilan Republik Rakyat China mendapatkan predikat honourable mention, delegasi Belgia mendapatkan predikat best delegate, delegasi Belanda mendapatkan best delegation, dan delegasi Bangladesh mendapatkan best position paper. Tidak hanya itu saja, ketiga pimpinan sidang memberikan penghargaan apresiasi terhadap beberapa delegasi yang dianggap mampu menggerakkan diskusi dan debat selama simulasi sidang, serta aktif berpartisipasi selama simulasi. Penghargaan tak tertulis ini dikenal dengan verbal commendation dan didapatkan oleh delegasi Slovenia, Finlandia, Republik Ceko, Yunani, serta kami, Republik Filipina. Tentu saja hal ini menjadi hal yang sangat mengejutkan dan tak disangka-disangka. Ini adalah partisipasi saya dan Alicia yang pertama di kompetisi Model United Nations. Mengingat persiapan kami yang sangat singkat, walaupun tidak berhasil mendapat predikat tertinggi, kami merasa terhormat dapat membanggakan nama Indonesia di kompetisi internasional, bersaing dengan peserta-peserta lain dari seluruh dunia. Kabar baik lainnya, empat teman saya berhasil mendapatkan best delegation di komite UNSC (Evan Noorsaid & Raissa Yurizzahra) serta FAO (Jonathan Evan H & Narosu Siregar), serta Aditya Very Cleverina serta Marcella Karina meraih shorlisted honorable mention di komite UNESCO. Setelah rangkaian kegiatan penutupan Rome Model United Nations 2017 berakhir, kami segera makan siang untuk kemudian melanjurkan perjalanan dengan bus dan metro untuk menuju Kota Vatikan.

Bersama Alicia dan Chair UNHCR

Kami tiba di Vatikan sekitar pukul 15:00. Vatikan sendiri merupakan negara independen terkecil di dunia yang diakui secara internasional, dengan luas sebesar 44 hektar dan terletak di dalam wilayah kota Roma. Vatikan sendiri merupakan sebuah wilayah yang penting bagi penganut agama Katolik Roma, dikarenakan disinilah Paus, pemimpin umat Katolik tinggal. Dikarenakan pada saat kami berkunjung ke Vatikan daerah ini sangat dipadati oleh turis, kami hanya sempat berfoto di depan Basilika Santo Petrus. Bangunan ini sendiri merupakan tempat dimana Santo Petrus, Paus pertama di dunia disalibkan dan dikuburkan, tepatnya di bawah altar utama. Basilika Santo Petrus dibangun pada 18 April 1506 dan selesai dibangun pada tanggal 18 November 1626. Setelah berkeliling di sekitar Basilika Santo Petrus, kami memutuskan untuk segera ke stasiun Termini untuk makan malam serta mencari buah tangan bagi keluarga serta sahabat kami di Tanah Air.

Delegasi Djarum Foundation di depan Basilika Santo Petrus

15 Maret 2017. Ini adalah hari terakhir kami di Kota Roma. Sebelum meninggalkan Kota Roma, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi destinasi nomor 12 yang paling banyak diabadikan di Instagram, Colosseum. Setelah check-out  dari hotel, kami semua kembali menggeret koper puluhan kilogram kami menuju ke halte terdekat, yang akan membawa kami ke stasiun Termini. Di stasiun ini kami menitipkan koper kami, untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Colosseum dengan bus. Kami sampai di Colosseum sekitar pukul 09:00, dimana sudah mulai terlihat banyak sekali turis di kawasan ini. Setelah berhasil mendapatkan tiket masuk, kami semua memasuki kawasan Colosseum. Colosseum sendiri merupakan sebuah peninggalan bersejarah berupa arena gladiator, yang dibangun oleh Vespasian pada masa Domitianus dan diselesaikan oleh anaknya Titus, dan menjadi salah satu karya terbesar dari arsitektur Kerajaan Romawi yang pernah dibangun. Kolosseum dirancang untuk menampung 50.000 orang penonton. Colosseum pada saat itu merupakan tempat penyelenggaraan pertarungan antara binatang (venetaiones), pertarungan antara tahanan dan binatang, eksekusi tahanan (noxii), pertarungan air (naumachiae) dengan cara membanjiri arena, dan pertarungan antara gladiator (munera). Sungguhlah hebat bagaimana bangunan yang berusia ribuan tahun mampu bertahan hingga saat ini, dimana pada saat itu tentu saja teknologi yang digunakan masih sangat terbatas.

Colosseum tampak dalam

Langkah kaki selanjutnya membawa kami ke Fontana di Trevi. Perjalanan kami dari Colosseum menuju ke Trevi Fountain hanya sekitar 10 menit dengan menggunakan bus. Trevi Fountain sendiri merupakan sebuah air mancur yang dirancang oleh arsitek Italia Nicola Salvi dan diselesaikan oleh Pietro Bracci. Memiliki tinggi 263 meter dan lebar 4.915 meter, tempat ini merupakan air mancur Baroque tertinggi di Roma dan salah satu air mancur paling terkenal di dunia. Di kawasan ini pula saya menikmati gelato untuk pertama kalinya, dan tentu saja rasanya tidak mengecewakan. Pasti beda rasanya dengan gelato di Muso Salim yang sering di update anak-anak gaul Instagram.

Saya dan gelato rasa vanilla, mangga, dan pisang

Perjalanan wisata sejarah kami hari ini harus segera diakhiri, dikarenakan kami harus segera menuju ke bandar udara. Setelah menuju ke stasiun Termini dan mengambil koper, kami segera membeli tiket Leonardo Express, kereta cepat khusus untuk menuju ke Aeroporto Internazionale Leonardo da Vinci, Sekitar 20 menit kemudian, kami telah tiba di bandar udara dan segera mengurus check­­-in penerbangan kami, yang akan membawa kami ke Geneva, Swiss pada pukul 14:40 waktu Roma. Inilah akhir perjalanan kami semua di kota yang pernah dikenal sebagai Ibukota dunia ini.

All roads lead to Rome. Banyak jalan menuju Roma. Melalui tulisan ini, saya ingin mengajak pembaca sekalian, khususnya mahasiswa/i yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Universitas Mulawarman, bahwa kesempatan akan selalu ada bagi kita semua untuk menjelajah dunia dan membanggakan Indonesia, terlepas dari apa latar belakang yang kita miliki, asalkan kita mau untuk mencari kesempatan itu dan memaksimalkan kesempatan yang ada sebaik mungkin. Pengalaman mengikuti kegiatan International Exposure dari Djarum Beasiswa Plus ini sangat memberikan manfaat bagi saya, baik selama pelatihan-pelatihan yang saya dapatkan selama di Jakarta hingga kesempatan langsung untuk berinteraksi dengan masyarakat internasional dengan berbagai suku, agama, ras, serta latar belakangnya, membuktikan bahwa mahasiswa Indonesia memiliki kualitas untuk berkompetisi dengan mahasiswa global. Manfaatkan masa perkuliahan kita dengan mengikuti kompetisi-kompetisi yang ada, baik di tingkat nasional ataupun internasional untuk mengasah kemampuan diri demi mempersiapkan masa depan yang lebih baik lagi.

“Opportunities don’t often come along. So, when they do, you have to grab them” – Audrey Hepburn

Teddy Ariyadi Setiyanto

S1 Teknik Sipil Universitas Mulawarman

P.S: International Exposure dan Writing Competition adalah salah dua dari bucket lists saya di tahun 2016 \(^ o^)/

 

Djarum Writing Competition Experience: Surabaya Selection

Awal tahun 2016 kemarin, i made a listList of things i hoped i could achieve this year. Salah satunya ikut Writing Competition Beswan Djarum 2015/2016. Ikut doang, gak kepikiran menang hehe. Hal lain yang ada di list adalah lolos XL Future Leaders Batch 6 (which i miserably failed, LOL). Jadi bagi yang belum tau, Writing Competition sendiri merupakan salah satu bentuk Competition Challenges yang ditawarkan oleh Djarum Beasiswa Plus sebagai bentuk pelatihan soft-skill untuk para grantees. Sebagai anak yang gak dapat piala baik di Character Building dan Leadership Developmentthis was one of my last two chances to show i’m eligible and worthy of this scholarship.

20141125023711news_633_1

Fast forward to July 2016, pengumuman untuk Writing Competition 2016 sudah dibuka. Tahun ini sedikit berbeda formatnya, karena ada dua kategori yakni Science and Technology, dan Social Science. Syarat pengumpulan abstrak karya tulis sendiri 31 Agustus 2016, namun sebagai mahasiswa maha tidak sempurna yang suka banget sama deadline, saya baru ngumpul abstrak ke kantor regional H-1 deadline. Hehehehehe .

Judul paper saya sendiri Potensi Bike-Sharing Sebagai Transportasi Publik di IndonesiaAlasan saya ambil judul ini sebenernya sederhana, saya seneng naik sepeda (padahal gak punya, modal pinjem temen) sama di Kota Samarinda sampai saat ini transportasi publik yang ada cuma angkutan kota. Ada Go-Jek sih, cuma kata dosen saya Go-Jek, Uber, Grab ini masih belum masuk kategori transportasi publik. Jadilah ide ini kemudian tercetus, untuk kemudian diterapkan di kota-kota besar di Indonesia sebagai upaya untuk mengurangi kemacetan. Berdasarkan laporan dari Global Driver Satisfaction Index 2016, ada 5 kota di Indonesia yang masuk daftar 10 besar kota dengan lalu lintas terburuk di Indonesia, dari 186 kota di seluruh dunia. Diluar sepuluh besar kota tadi masih ada kota-kota lain yang tersebar di Pulau Sumatera dan Jawa. Ya kan malu juga, Indonesia udah terkenal dengan korupsi, pembakaran hutan, Awkarin, sekarang ditambah dengan kemacetan …..

Theoretically, saya punya waktu sebulan buat menyelesaikan karya tulis ini. Practically, saya ngerjainnya dua minggu aja gegara waktu itu juga harus menyelesaikan karya tulis lain buat lomba di UNS Solo (which i also failed miserably, LOL). Tapi Alhamdulillah H-7 sebelum deadline pengumpulan tanggal 30 September 2016 saya udah bisa submit ke kantor regional Surabaya.

11 Oktober 2016, saya lagi di ATM BNI (sambil meratapi saldo di rekening) ketika Preli, temen Beswan asal Lombok ngasih ucapan selamat. Saya yang bingung kemudian nanyain, “Lolos apaan?”. Ternyata berdasarkan isu yang ia dapat, saya masuk tahap regional dan presentasinya 4 hari lagi. Habis dengar yang beginian, saya langsung mual. Saya termasuk tipikal orang yang kalau gugup itu mual, for future reference. Dan mohon diingat, posisi saya lagi di ATM yang agak jauh dari rumah. Jadilah sepanjang jalan mikirin (sambil mual), kalau saya belum siapin file presentasi yang ciamik, kepikiran lolos aja enggak (walaupun ya tetep doa tiap hari). Setelah dikonfirmasi panitia dari Surabaya kalau saya bener-bener lolos, sisa waktu yang ada saya manfaatkan buat bikin file powerpoint dan marathon tv-series yang bakal ditinggal selama sibuk di Surabaya nanti. Tetep ya kebisaan manusia procrastinate sejati.

Tepat tanggal 14 Oktober jam 2 pagi saya keluar rumah untuk menuju Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan di Kota Balikpapan yang butuh perjalanan sekitar 3 jam, ditambah persiapan buat check-in sama boarding sekitar 1 jam jadi saya harus prepare minimal 4 jam dari jam take-off. Samarinda sebenernya punya bandara, bandara mini Temindung, cuma saking kecilnya cuma ada dua operator penerbangan yang melayani cmiiw, yakni Susi Air milik ibu menteri dan Kalstar Aviation. Bandara mini ini hanya melayani penerbangan di Kalimantan Timur dan kalau sore beralih fungsi jadi lapangan sepakbola. Sekarang sih sedang dikerjakan pembangunan bandar udara baru di daerah Samarinda Utara dan targetnya sih 2017 udah beroperasi.

Main bola di landasan pacu like a boss. Ini beneran di Temindung
Main bola di landasan pacu like a boss. Ini beneran di Temindung

Singkat cerita, sekitar jam 8 saya sampai di Surabaya. Seleksi sendiri baru tanggal 15 Oktober, jadi hari ini hanya technical meeting yang diadakan malam hari di Regional Sales Office Djarum Surabaya. Sembari menunggu jam check-in hotel jam 2 siang, saya dan Preli yang notabene dari luar Jawa Timur terlantung-lantung di kantor sampai jam check-in tiba. Alhamdulillah ya kalau peserta dari luar dikasih nginap dua malam di Amaris. Malam harinya, semua peserta yang jumlahnya 10 orang dikumpulkan untuk makan malam dan technical meeting yang dihadiri oleh dua dewan juri, yakni Bapak Drs. Bandung Arry Sanjoyo, M. Ikom dan Bapak Dhimam Abror Djuraid. Di malam inilah saya akhirnya bertemu dengan teman-teman finalis lainnya yang banyak yang saya baru kenal secara langsung, ya namanya keluarga besar Beswan Djarum 31 ada 522 orang masih banyak yang belum saling kenal, atau udah kenalan cuma lupa lagi gara-gara baru ketemu sekali. Saya sendiri termasuk anak tipe pelupa ini hehe. Hal-hal teknis mengenai seleksi pun dijelaskan di malam ini, hingga malam semakin larut dan jam sudah menunjukkan jam 9 malam. Dasarnya saya yang dari dini hari belum tidur gara-gara takut telat ke bandara, pas sudah sampai di hotel cuma tahan belajar 30 menit hingga kemudian ketiduran dengan kondisi laptop masih nyala dan lampu terang benderang. Teman sekamar saya, si Arif dari Malang juga sama ternyata, ketiduran pas belajar. Saya suka lemah kalau dikasih kasur yang empuk. Saya memang begitu orangnya.

Keesokan harinya, seleksi regional dimulai tepat jam 9 pagi. Juri-juri pun sudah hadir, termasuk Mas Rizki Aris Yunianto yang tadi malam berhalangan hadir. Ternyata, Mas Rizki ini tadi malam ikut nginap juga di Amaris, cuma teman sekamarnya si Fuad anak Malang gak sadar kalau beliau ini juri, dikira sama dia hanya tamu Djarum yang ikut nginap hehe, alhasil si Fuad sedikit panik LOL.

Seperti biasa, setiap kegiatan Beswan selalu diawali dengan menyanyikan Hymne Beswan dengan posisi tangan yang khas, melambangakan satu ikatan Beswan, dan sampai detik ini saya selalu merinding tiap kali ikut menyanyikan hymne ini. Perjuangan buat persiapan ujian sampai tahap wawancara, kegiatan-kegiatan yang udah dilalui selama ikut program ini langsung ter-flashback semua. Saya bersyukur sekali bisa jadi bagian dari program beasiswa terbesar di Indonesia ini. Kalau kalian yang baca ini masih dibawah semester 4 dan ada kesempatan buat daftar program ini, kalian harus daftar karena kesempatan ini hanya bisa sekali seumur hidup, dan jangan pernah dengarkan stigma-stigma buruk dari komunitas dan kelompok yang tidak paham esensi dari program beasiswa ini.

Sistem undian untuk urutan maju presentasi ini dibuat acak, jadi kita sampai akhir waktu seleksi tidak akan pernah tahu kapan kita akan maju untuk presentasi. Jadi, selama perjalanan ke hotel tadi saya berdoa untuk maju di bagian akhir saja, ekspetasinya sih di urutan 4-7. Waktu presentasi dan tanya jawab sekitar 30 menit, dan ditambah dengan waktu break seleksi regional ini akan memakan waktu hingga sore hari. Untuk di kategori IPTEK sendiri selain ada saya, ada Nanda dari ITS, Arif dari UMM, Preli dari Universitas Mataram, dan Dewanti dari Universitas Ma Chung. Kategori Humaniora sendiri semuanya dari Jawa Timur, ada Adel Edo sama Afi dari Universitas Airlangga, Fuad dari UMM, dan Yusuf dari UIN Sunan Ampel.

Foto peserta sebelum dieksekusi dewan juri
Foto peserta sebelum dieksekusi dan dihabisi dewan juri

Ternyata oh ternyata, setelah teman-teman saya maju satu persatu, saya dapat urutan presentasi ke-9, yang artinya ketika saya maju presentasi hari sudah sore dan saya sudah capek karena kelamaan nunggu. Gak menyangka kalau kekuatan doa bisa seajaib ini, salah saya sendiri minta urutan agak akhir hehe. Disinilah saya berusaha membawakan ide saya hingga waktu yang telah disediakan untuk presentasi habis. Sesi tanya jawab menjadi salah satu sesi paling mengerikan dalam hidup saya, walaupun sebenarnya tidak ada alasan untuk takut karena saya paham dan yakin dengan ide yang saya bawakan. Pertanyaan yang diberikan oleh dewan jari saya coba untuk jawab semampu saya, dan masukan-masukan yang diberikan menjadi PR baru bagi saya untuk mencari solusi dan jawabannya apabila saya lolos nanti, kalau lolos tapinya. Ketika waktu 30 menit telah habis, beban yang dari beberapa hari yang lalu menempel dengan bahagia di pundak akhirnya lepas juga. Sekarang yang bisa saya lakukan hanya berdoa untuk yang terbaik, kalau lolos Alhamdulillah, kalau gak lolos ya tidak apa-apa karena sudah diberikan kesempatan untuk kembali ke Surabaya, rehat sejenak dari laporan PKL yang tak kunjung dikerjakan dan kegiatan KKN. Malah saking santainya, saya sudah buat janji dengan teman sesama Beswan saya di Surabaya, Aji, buat minta ditemanin cari makan dan keliling Surabaya waktu malam selesai seleksi di kantor.

Feedback yang saya dapatkan dari Nanda yang kebetulan duduk di sebelah saya, menurut dia presentasi saya bisa lebih maksimal lagi dari cara pembawaan materi karena menurut dia saya sempat gugup di awal presentasi. Hal ini tentu menjadi masukan, dan menurut saya pribadi Nanda ini yang paling berpeluang lolos di tahap regional mengingat eksekusi ide, penguasaan materi, dan cara penyajian presentasi dia yang paling unggul diantara teman-teman yang lain, termasuk saya sendiri. Kalau kata Preli dan Dewanti, presentasi saya ini lucu karena banyak pakai icon-icon lucu. Yah namanya saya anaknya humoris dan periang.

Ketika semua teman-teman sudah maju, dewan juri melakukan rapat tertutup di ruangan lain. Sementara kami, 10 anak yang habis dieksekusi menghabiskan waktu bersama panitia yang juga merupakan teman-teman Beswan Surabaya. Hasilnya tentu saja, foto-foto yang kalau diupload semua mungkin butuh waktu satu minggu untuk bisa selesai.

Peserta dan panitia terbaik
Peserta dan panitia terbaik

Foto kedua setelah selesai dibantai
Foto kedua setelah selesai dibantai

Sekitar 1 jam kemudian, dewan juri balik ke ruangan utama yang menandakan kalau pengumuman peserta yang akan mewakili regional Surabaya akan segera dibacakan. Saya sendiri jujur waktu itu sedikit lemas, mungkin karena agak kurang puas dengan performance waktu presentasi tadi, tapi saya masih berdoa dan berharap untuk bisa lolos. Kategori pertama yang dibacakan adalah humaniora, dan yang lolos adalah Adel dengan judul essai Fishlog: Pembentukan Badan Pemerintah sebagai Sarana Optimasi Distribusi Komoditas Perikanan di Jawa Timur dan Fuad dengan judul essai Gerakan Halal Hulu Hilir (3H): Strategi Taktis Membangun Indonesia sebagai Pusat Halal Dunia. Pengumuman bidang humaniora tadi menandakan kalau yang akan diumumkan selanjutnya adalah bidang IPTEK. Jadi, Pak Abror yang membacakan pemenang untuk kategori IPTEK ini agak sedikit teasing kami dengan cara mengulurkan waktu, hingga akhirnya beliau memutuskan untuk membacakan nama sesuai urutan abjad. Jadi, yang beliau secara tidak sengaja (atau mungkin sengaja, LOL) menyebutkan ITS sebagai yang pertama lolos, yang langsung saja disambut riuh dan tepuk tangan seisi ruangan karena ketidaksengajaan beliau. Judul essai Nanda sendiri adalah LESTARI (Marketplace Jasa Seniman Budaya dan Pertunjukan Budaya dengan Gamifikasi sebagai Bentuk Pelestarian Budaya Indonesia). Pak Abror lalu melanjutkan membacakan peserta selanjutnya, dan ternyata beliau membacakan judul essai yang saya bawakan. Saya sendiri sempat kaget selama 5 detik, tidak percaya dengan apa yang saya dengar barusan. Saya mampu melewati tahap regional ini dan akan mewakili Surabaya di babak final nasional. Hal ini merupakan jawaban doa saya selama beberapa minggu terakhir, doa orang tua yang selalu mereka sampaikan setiap kali mereka menelepon saya ketika menanyakan kabar di Surabaya, dan doa teman-teman yang hanya sedikit dari mereka yang tahu tentang keberangkatan saya. Saya dan Nanda sama-sama senang dan bangga bahwa kami yang akan mewakili Surabaya, namun tentu saja ada beban baru di pundak kami untuk memberikan hasil terbaik di babak final nasional yang hanya berselisih 4 hari.

Ketika acara sudah selesai, saya sempat menghabiskan waktu sejenak di kantor sebelum akhirnya kembali ke hotel. Malam berlanjut ketika Aji datang menjemput ke hotel dengan Mio putihnya, membawa saya ke Soto Lamongan Cak Har yang kemarin-kemarin hanya saya bisa lihat di Path ketika teman SMA saya di Surabaya check-in disana. Saya sendiri memang pencintas soto, apalagi kalau ada kerupuk udangnya. Habis makan soto, saya diajak ke Taman Bungkul yang ternyata padatnya luar biasa dan sampai terkaget-kaget melihat banyak warga Surabaya sampai rela duduk-duduk di lantai dan menghabiskan waktu disana. Tapi memang saya akui, kondisi Taman Bungkul sangat nyaman dan terawat sebagai tempat berkumpul. Saya dan Aji sendiri kebagian duduk di trotoar jalan untuk bercerita, sambil mencoba untuk catch-up kehidupan kami masing-masing sejak bertemu terakhir kali di Cikole waktu kegiatan Character Building. Keesokan harinya, saya pulang ke Samarinda via Balikpapan (lagi) dengan pesawat Lion Air jam 6 pagi.

Mungkin banyak dari kita untuk takut mencoba suatu hal yang menurut kita sedikit tidak mungkin untuk dapat kita capai, termasuk saya. Terkadang, ketika melihat suatu hal saya sering terbatasi oleh almamater saya yang tidak sebesar almamater lain di Pulau Jawa yang sudah terkenal di Indonesia. Disini saya belajar bahwa ketika kita mencoba dengan sungguh-sungguh, kita akan memiliki peluang yang sama dengan orang-orang lain dengan latar belakang yang lebih baik dari kita. Karena pada akhirnya, yang dinilai adalah hasil karya kita, bukan almamater kita.

Cheers, love, peace, and gaul dari Anak Gunung Kelua.

Sembilan Momen Terbaik 2015

Dua kata paling pas untuk menggambarkan 2015: Luar Biasa.

Tahun ini saya banyak belajar, kalau usaha tidak akan pernah berkhianat; bakal selalu ada pengorbanan untuk mencapai target yang kita impikan; pengalaman akan selalu jadi guru terbaik; dan siap gak siap, kita akan selalu menghadapi yang namanya perpisahan.

teddyariyadisetiyanto

Sembilan foto ini hanya jadi gambaran kecil dari apa yang udah saya alami selama 2015 ini. Susah, senang, bahagia, kecewa, bangga, capek, lelah, optimis, dan seratus juta ekspresi emosi yang saya rasakan, yang mungkin gak semuanya terekspos dalam gambar. Tapi dari itu semua, saya bisa berada di titik ini.

Terima kasih kepada tren kekinian Best Nine di Instagram, yang sudah mengkompilasikan sembilan momen dalam perjalanan hidup saya di tahun ini.

1. Tugas maket Perencanaan Struktur, berhari-hari saya tinggal gara-gara harus berangkat ke Bandung. Banyak capeknya, tapi banyak juga cerita baru pas lagi ngerjain. Disini saya belajar bagaimana cara untuk berkomunikasi dan menghadapi temen sekelompok, yang kadang gak sependapat sama kita. Gak.perlu pakai otot, semua pasti ada solusinya. Dan memang, kalau kita berusaha semaksimal mungkin, apapun hasilnya kita akan merasa bangga dan tidak ada rasa sesal.

2, Buka puasa XI-XII IPA 2, temen sekolah dua tahun yang akhirnya bisa ngumpul lagi dengan personil yang agak banyakan. Sebagai ketua kelas mereka dua tahun, momen-momen begini yang kadang buat flashback sama cerita-cerita mereka sewaktu masih pakai pakaian putih abu-abu. Dari dulu, saya hobi ngumpulin setiap foto dan video yang ada hubungannya dengan mereka dan dibuat dalam satu video. Kalau udah ngumpul, bawaannya pengen nonton bareng video-video yang saya sudah buat bareng mereka.

3. Tyo dan Aji, dua manusia beda regional dan beda status yang paling sering ceritaan sama saya selama kegiatan Djarum Beasiswa Plus, dari bareng-bareng di Tribun 1 sampai ketemu lagi di Batch-2 Character Building, Mereka berdua ini anaknya seru, dan ada aja yang dibahas. Saya excited banget waktu tau bakal ketemu mereka lagi pas di Lembang, dan semoga bisa ketemu lagi pas Leadership Development nanti, Aamiin

4. Manusia-manusia Tribun 1 paling aktif dan berisik. Masih dengan Aji dan Tyo, ditambah Raissa dan Lion, dua wanita yang sisi kewanitaannya sudah hilang. Raissa ini tipe wanita kedokteran berjiwa teknik, kalau sama cowok berasa lagi sama cewek. Oh iya, foto ini bikin bete Paisal, soalnya dia yang fotokan dan jadi gak masuk dalam frame wkwk.

5. Dhana, Ayu, dan Putri. Temen dari 8 tahun lalu, dari satu kelas bareng SMP sampai sekarang satu kampus. Kita susah banget buat ketemuan, jadi kalau ada waktu buat ngumpul pasti bakal dimaksimalkan semaksimal-maksimalnya, buat ghibah dan fitnah masyarakat sekitar. Personilnya kurang Yunda yang lagi di Jogja, dan Hadid yang lagi hobi nyelam sekarang.

6. Character Building Batch-2. Disini saya belajar banyak, tentang rela berkorban, tentang melawan ketakutan dan melampaui batas diri. Naik rintangan macam-macam, yang pada awalnya saya sendiri gak yakin bisa. Didikan keras para pelatih gak pernah menyurutkan semangat kita. Disini saya juga bertemu dengan teman-teman Regu 3 yang selalu berusaha dan optimis dengan segala kekurangan yang ada. Kita disini yakin, apa yang kita pelajarin disini seberapa pun kerasnya, pasti bakal jadi bekal berguna dan membangun karakter kita di masa depan. Jujur, saya kangen push up dibawah hujan bareng temen-temen Batch 2 tanpa senyum dan tanpa ngeluh. Kebersamaannya terasa banget, bahkan sampai pulang ke Samarinda masih kangen sama mereka.

7. Tyo, Beswan Pontianak yang baru akrab dengan saya di hari terakhir Nation Building dan ternyata yang paling nyambung kalau ceritaan wkwk. Pas NB, kita sama-sama minta tolong buat fotokan masing-masing dengan Beswan yang kita anggap spesial di mata kita wkwk, dan sukses. Dan ternyata, kita dipertemukan lagi di CB. Hampir tiap pagi dan sore selama CB, turun bareng buat kebawah soalnya ada aturan gak boleh sendirian ke kamar mandi. Selama CB, kita juga udah mengamati siapa-siapa Beswan yang layak untuk diperhatikan lebih dalam wkwk. Tyo yang paling rajin ngetawain saya kalau lagi kepeleset di lumpur, berhubung di Zone 235 itu banyak area licin dan saya hampir tiap hari kepeleset terus. Tyo ini sahabat saya yang paling dekat selama kegiatan Djarum Beasiswa Plus. See you soon, brother. Semoga bertemu lagi.

8. Temen-temen IPA 2 waktu buka bareng di rumah Ninda. Ini geng yang paling sering ngumpul waktu SMA dulu, kadangg begitaran, kadang begosipan, kadang juga malak Ninda buat delivery Pizza Hut atau KFC kalau lagi kerja kelompok. Kita yang jarang pulang duluan, les bareng, dan masih banyak lagi cerita konyol yang gak layak dimasukkan di sosial media.

9. Geng Rumah Celine, dulu waktu kelas 3 hampir setiap malam selalu ngumpul disana buat numpang wifi. Anak-anak rajin yang waktu mau ujian nasional rajin banget belajar bareng, walaupun ujung-ujungnya nonton Youtube dan Omegle bareng. Makin susah ketemuan karena udah pada kuliah beda kota, dan di McDonald’s lah akhirnya kita berkumpul lagi.

2015. Terima kasih Allah SWT, rejeki tahun ini masih saja tak terduga dan tidak ada habisnya. Tahun 2016 nanti, pasti ada target dan mimpi yang ingin saya raih. Butuh belajar lagi, butuh berjuang lagi. Semoga perjalanannya bisa dipermudah oleh Allah SWT. Dan untuk teman-teman dengan ambisi dan mimpinya masing-masing, semoga Tuhan selalu menyertai perjuangan kalian.

Gak Tau Harus Ngapain? #AskBNI aja

Samarinda, Desember 2015.

Ada notifikasi pesan baru di telepon genggam saya, yang ternyata dari ketua panitia acara di himpunan jurusan. “Bang Teddy, website himpunan udah jadi belum ya?” Pesan tadi menyadarkan diri ini kalau pembuatan website belum ada diurus-urus lagi. Sebagai Ketua Departemen Media Informasi dan Komunikasi yang kekinian dan menjadi tolak punggung eksistensi himpunan di mata publik, saya harus cepat menyelesaikan tugas ini. “Bentar ya dek, kasih saya waktu 1-2 minggu”. Kondisinya sekarang memang sedang minggu tegang tenang perkuliahan, jadi fokus saya lebih tercurah ke tugas-tugas kuliah yang harus segera dikumpul #deritamahasiswasemesterV.

Setelah berselancar di dunia maya alias internet selama puluhan menit (dan nyasar dulu ke situs video streaming dan portal berita), akhirnya saya memutuskan pilihan ke salah satu penyedia website hosting yang berbasis di Amerika Serikat. Ya, tepat sekali harus jauh-jauh di Negeri Paman Sam, karena pilihannya lebih variatif dan jatuhnya lebih murah. Tapi satu kekurangannya, bayarnya harus pakai kartu kredit. Saya yang baru berumur 20 tahun dan berpenghasilan tidak tetap (baca: berharap uang beasiswa dan uang saku orang tua) jelaslah tidak punya kartu sakti yang satu ini. Apakah saya khawatir? Oh tentu saja tidak.

Sebagai nasabah BNI 46, salah satu bank terbesar di Indonesia, hal ini sudah difasilitasi oleh pihak bank dalam upaya memanjakan dan memudahkan keperluan nasabahnya, termasuk saya yang manja ini. BNI 46 menyediakan fasilitas BNI Debit Online, dimana kartu debit kita bisa digunakan di seluruh situs belanja online yang menerima MasterCard. Saya mengetahui hal ini dari iklan yang pernah dipasang oleh pihak BNI 46 beberapa tahun yang lalu, namun saya kurang paham mengenai prosedur registrasinya. Saya harus cari cara TERCEPAT dan TERMUDAH untuk mendapatkan segala informasi mengenai BNI Debit Online ini? Kemanakah saya harus melangkah mencari jawaban? Saya tidak mau tersesat dalam informasi yang kurang dan tidak akurat.

Mbak cantik yang siap membalas semua Direct Message kita di @BNI46 #AskBNI
Mbak cantik yang siap membalas semua Direct Message kita di @BNI46 #AskBNI

Lagi-lagi, BNI46 menyediakan fasilitas untuk MEMPERCEPAT dan MEMPERMUDAH para nasabah yang ingin mengakses informasi produk dan layanan dari BNI46. #AskBNI adalah sebuah fitur yang memanfaatkan fasilitas Direct Message pada situs micro-blogging Twitter. Syaratnya gampang, mudah, dan hanya satu: Wajib mengikuti akun @BNI46, akun resmi Twitter BNI46. Hal ini menjadi syarat mutlak, dikarenakan kita tidak akan bisa mengirimkan pesan langsung ke akun @BNI46 kalau belum mengikuti akunnya.

Cara menggunakannya juga gampang, kita hanya perlu mengetikkan #AskBNI diikuti dengan kata kunci produk dan layanan yang ingin kita tanyakan. Ada #Taplus, #TaplusMuda, #DebitOnline, #DebitCard dan masih banyak yang lain. Kalau kamu penasaran kata kunci apa saja yang tersedia, cukup ketik #HelpBNI. Kalau kamu ketik #AskBNI di pesan kamu, bakal muncul tata cara penggunaan fitur canggih nan kece ini.

Nah, berhubung saya penasaran pakai banget dengan fasilitas BNI Debit Online, maka saya mengetikkan #AskBNI #DebitOnline di Direct Message saya ke akun @BNI46 dan jangan lupa dikirim. Dan bener, gak pakai lama dan gak pakai ribet, langsung dibalas oleh akun @BNI46 mengenai informasi tentang BNI Debit Online secara singkat dan seksama dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Fasilitas ini cocok banget untuk kamu yang suka dengan kepraktisan dan anti sama yang ribet-ribet.

Isi pesan yang singkat, padat, dan jelas layaknya Teks Proklamasi
Isi pesan yang singkat, padat, dan jelas layaknya Teks Proklamasi

 

Link yang diberikan oleh #AskBNI langsung mengarah ke tutorial BNI Debit Online. Yeay :D
Link yang diberikan oleh #AskBNI langsung mengarah ke tutorial BNI Debit Online. Yeay 😀

 

Selain informasi produk dan layanan, di fitur #AskBNI ini juga menyediakan hashtag #promo untuk kamu yang hobi belanja pakai kartu debit/kredit BNI dan ingin tahu promo apa saja yang sedang berlangsung sekarang, mulai dari #hotel, #travel, #fashion, dan lainnya. Ketik #HelpPromo buat tahu kata kunci lainnya. Berhubung saya anaknya selalu ingin tahu dan penasaran, saya coba deh ketik #Promo #Hotel dan langsung dibalas dengan promo-promo yang sedang berlangsung saat ini. Sangat berguna buat teman-teman yang ingin menghabiskan akhir tahun dengan keluarga dan orang tersayang. Sayang, saya belum punya orang untuk disayang-sayang :’)

#belitiket #kaburkeHongkong
#belitiket #kaburkeHongkong

Berhubung informasi mengenai BNI Debit Online sudah saya dapatkan, saya tahu harus kemana pergi secepatnya. Pergi ke cabang BNI 46 terdekat, yang kebetulan ada di kawasan kampus saya. Singkat cerita, saya harus mengaktifkan fitur SMS Banking dan registrasi di cabang BNI 46 agar bisa memanfaatkan BNI Debit Online.  Website himpunan pun sudah mulai nampak di ujung pandangan saya. Terima kasih #AskBNI, saya jadi tau deh harus ngapain aja dan kemana.

Jelas sekali fitur #AskBNI sangat membantu bagi para nasabah yang ingin mendapatkan informasi TERMUDAH dan TERCEPAT mengenai produk, layanan, serta promo BNI46 saat ini tanpa harus ribet-ribet lagi, cukup memanfaatkan Twitter dan informasi yang diinginkan bisa didapat. Apalagi di zaman sekarang, dimana kawula muda seperti saya tidak bisa lepas dari media sosial. Sebuah langkah cerdas dan inovatif dari BNI46 yang mampu memanfaatkan media sosial lebih dalam lagi untuk memudahkan nasabah yang ingin mendapatkan informasi, melalui layanan #AskBNI ini. Gak ada lagi ceritanya bingung kehilangan arah dan tak tahu harus kemana bertanya.

Mau bertanya nggak sesat di jalan deh, iya kan? Hehehehe.

Salam dari Ketua Departemen Media Informasi dan Komunikasi paling kece dan kekinian.

 

Surabaya. Sendirian.

21:30 WIB. Line yang masuk ke hape saya mengindikasikan kalau temen gak bisa nemenin jalan keliling Surabaya. Ah, padahal saya udah keren-keren ini buat berkelana di Kota Pahlawan. Temen sekamar saya aja udah hilang duluan. Malam masih panjang, kenapa gak jalan sendiri aja? Di Samarinda aja sering banget keliaran keliling kota naik motor sendirian. So i grabbed my key and went to lobby. Setelah sampai di lobby (dan sempat nemenin temen ke Circle K buat nyari barang), akhirnya saya masuk ke dalam taksi yang mangkal di Hotel 88.

Satu hal yang saya ingat, saya gak pernah naik taksi sendirian. Terakhir kali naik taksi waktu dari Binus Square ke Mall Taman Anggrek dan itu rame-rame. Kalau sendirian, gak pernah. Makanya pas udah masuk dan ditanya mau kemana, saya bingung jawabnya. Untungnya dulu pernah ceritaan sama temen dan katanya Surabaya Town Square buka sampai malam. Berhubung saya gak mau kemaleman dan niatnya pengen nyantai, marilah kita kesana Pak. Bapaknya mau dibawa ceritaan selama perjalanan, jadi dari hotel ke Sutos gak terasa lama. Nah, saya jadi nyadar selama saya di Surabaya dan Semarang ini saya demen banget ceritaan sama orang asing, entah itu pas lagi di pabrik kretek Djarum sama di taksi ini. Ketika kita berada di tempat yang asing, mungkin sisi manusiawi kita yang kita gak pernah tahu berusaha menunjukkan eksistensinya.

Sesampainya di Surabaya Town Square jam 10 malam, suasana di sana masih rame. Banyak tempat makan dan kafe penuh dengan orang Surabaya yang setelannya jauh sekali dibandingin Samarinda. Setelah putar-putar dan naik-turun eskalator (dan terkagum-kagum dengan toiletnya), saya memutuskan untuk nongki di The Light Cup gara-gara disana lagi ada akustikan, dan suasana kafenya juga gak terlalu ramai dan cozy. Harga makanan sama minumannya sih naudzubillah kalau pakai standar Samarinda, ah tapi saya gak pernah liat harga kalau lagi di luar kota #horangkayah. Wkwkwk. Bukan seperti itu, cuma menurut saya untuk sebuah pengalaman yang jarang kita coba, harga yang dibayar itu bakal setimpal dan terbayar dengan priceless memory yang kita dapat. Makanya saya kadang agak bingung dengan orang yang pada irit-irit kalau ke luar kota. Kapan lagi coba dapat kesempatan ke luar kota? Apalagi keluarga saya tidak menganut kepercayaan untuk liburan ke luar kota. Jadi saya bisa dibilang jarang sekali buat bepergian ke luar kota, kecuali ada kegiatan penting.

Akustikan di cafe dan segelas coffee blended membuat ingatan saya kembali ke seminggu terakhir kegiatan Nation Building. Latihan choir, sariawan, yel-yel Grand Candi 5 yang super absurd tapi ngangenin, temen-temen tribun 1 maha berisik, Malam Dharma Puruhita, meratapi nasib di sepanjang Jalur Pantura ditemani hujan dan semua kenangan kembali keingat. Sedih? Pastinya. Ini yang bikin saya selalu bete di setiap akhir kegiatan, perpisahan. Saya jadi buka galeri di hape, ngeliatin foto satu-satu sampai akhirnya ngepost satu foto bareng-bareng di Instagram. Kalian baik-baik ya disana, i miss you guys.

Setengah jam sebelum kafe tutup, gak sengaja ketemu temen-temen Beswan 31 lain di kafe yang sama. Ada hal yang menarik tentang ini, jadi salah satu diantara temen-temen Beswan ini dulu sempet bikin saya bete di grup Line. Mungkin temen-temen yang udah gabung dari awal pada ngerti wkwk. But, hatchet has been buried. Itu cerita lama dan kita udah baikan. Malah gara-gara kita semua gabung di satu meja, banyak hal yang belum kita tahu bisa kita bagi dan ada sudut pandang baru dari kita ke orang lain secara positif, dan sebaliknya. Prasangka itu muncul karena kita belum ketemu dan belum kenal orangnya, semua hanya berdasar asumsi, asumsi, dan asumsi. Beswan mengajarkan kita kalau baik ke semua orang itu penting, karena kita gak pernah tahu besok itu bakal gimana. Karena pada intinya, kita semua bersatu seikat kan?. Hampir jam 12 malam dan kita semua balik ke hotel naik taksi (dan saya baru tau kalau dari Sutos ke Hotel 88 cuma bayar 30 ribu, bukan 50 ribu seperti saya waktu berangkat -.-).

Saya gak pernah nyesal dari dulu kalau harus jalan sendirian, termasuk di malam terakhir saya di Surabaya ini. Banyak banget yang saya renungin, banyak pelajaran yang saya dapat. Mungkin Tuhan memang udah nge-plot saya buat jalan-jalan sendirian malam itu, biar saya dapat pengalaman baru yang berguna bagi saya. Tapi bukan berarti saya gak suka jalan bareng-bareng. Saya malah paling heboh dan semangat kalau jalan bareng, rame-rame sama temen karena biasanya ada aja yang saya komentarin yang bikin rame perjalan. Dua-duanya, entah sendiri atau rame-rame semua sama asyiknya.

Dan buat kamu yang sering komentarin orang yang jalan sendiri dan merasa itu hal aneh, mendingan stop deh. Kamu gak tau alasan mereka, so you better shut up and leave them alone.

Nation Building 2015: Choir, Teman-Teman, dan Pengalaman Luar Biasa

Suara saya ini gak denger-able.
Satu poin yang saya sadari waktu jadi dubber untuk karakter serigala waktu pementasan drama SMP. Serigala yang seharusnya terdengar sangar dan menyeramkan, jatohnya malah kayak om-om gagal pubertas. Cempreng. Kadang saya masih ketawa kalau denger rekaman drama-nya. Tapi ya itu tadi, habis itu saya gak terlalu tarik kalau disuruh apapun yang berhubungan dengan teknik suara, entah jadi pengisi suara, atau menyanyi di depan umum. Jadi paduan suara apalagi, gak pernah kepikiran. Baca not angka aja gak bisa-bisa.

Tapi, tahun 2015 ini lain ceritanya. Nation Building Djarum Beasiswa Plus 2015/2016 mengharuskan saya untuk menjadi choir pentas musikal “Pesona Negeri Manise”. Satu tantangan baru, ya karena itu tadi saya ini gak ada jiwa seninya. Otak kiri sama kanan gak pernah seimbang. Ah, tapi sampai kapan harus terkekang oleh limitasi pikiran kita sendiri? So, challenge accepted.

Day 1: Dikejar Oleh Waktu

Hari pertama, kami semua dikumpulkan di Ballroom Merapi PRPP Semarang. Nah, untuk paduan suara ini butuh tiga kelompok suara, Sopran – Alto – Tenor Bass. Jelas, cowok-cowoknya langsung masuk ke Tenor Bass secara suara sudah pada berat-berat. Beda dengan para wanita yang harus seleksi dulu buat masuk sopran atau alto. Setelah selesai dibagi, kita dikasih sembilan partitur buat dihapal selama lima hari kedepan. SEMBILAN LAGU GUYS. Ada Hymne Beswan Djarum, Poco-Poco, Rame-Rame, Tinggikan, Rame-Rame Pata Cengkeh, Gugur Bunga, Melompat Lebih Tinggi, Rasa Sayange, dan Lo Harus Gerak. Tugas kita gak gampang, kita bakal jadi pengiring kalau ada adegan khusus yang membutuhkan musikalisasi.

Suasana hari pertama: Panas luar biasa. Jadi ruang latihannya itu ada di lantai dua, dikelilingi jendela kaca dan kipas angin serta AC dengan jumlah minim. Pelatih kita hari itu dari DIPO Voice, sayang saya lupa nama mbaknya 😦 Jadi diawal-awal kita diajak baca not angka, do re mi fa sol la si do. Saya lambat banget waktu di bagian ini soalnya harus mikir dulu. Nah kalau sudah baca not angka, kita langsung di ajak nyanyi dengan lirik dan nada yang bener. Disini yang asik, soalnya kan semua lagu tadi itu di aransemen sementara kita terbiasa dengan nada lagu aslinya jadi kebawa terus. Dan, kadang beberapa lagu dari kita malah hobi nyanyiin nada sopran bukannya tenor bass. Tapi yang jelas, latihan pertama ini seru banget walau harus panas-panasan berasa di sauna. Makanya dari kita, anak-anak Beswan selalu teriak minta air minum gara-gara panas dan tenggorokan kering. Selama kita latihan dari pagi sampai sore, kita di supply terus sama snack dan air minum, dari Aqua hingga Pocari Sweat. Berbahagialah kalian anak Beswan, pulang dari sini bakal subur semua badannya.

Pas malam, kita semua dikumpulin dengan tim Alto dan tim Sopran. Tim Tenor Bass ini berhubung baru hari pertama dan isinya laki-laki semua, suaranya paling mendominasi dan paling nyaring. Kita bahkan sampai bikin satu trademark yakni HU HU HU HU HU kayak orang jaman dulu mau berburu. Tenor Bass ini bisa dibilang kelompok paling rame dan rusuh malam itu, walau kita kena tegur gara-gara pas nyanyi bareng alto sopran nadanya malah ngikutin mereka. Namanya hari pertama ya he he he. Yang jelas malam itu kita latihan sampai hampir jam 10 malam, sampai capek banget dan gak sadar kalau ada bahaya yang bakal mengancam datang: Suara serak.

Day 2: Strepsils-nya KAKAK

Inilah efeknya kalau terlalu total bernyanyi dan gak tau teknik nyanyi yang bener. Suara pada serak. Pas disuruh nyanyi bareng suaranya udah mulai pelan dan halus, padahal kan kita dituntut untuk suara besar dan bahkan ada beberapa lagu dengan nada tinggi. Saya yang dari beberapa hari lalu lagi sariawan ngerasa sangat-sangat gak enak buat nyanyi, ditambah dengan tenggorokan serak ini. Makanya, LO bagian kesehatan selalu diincer sama cowok-cowoknya buat minta Strepsils. Sampai-sampai stok Strepsils langsung habis hari itu juga. Jadi, banyak dari kita yang banyak-banyak minum air supaya tenggorokan terasa enakan dikit. Tapi ya itu tadi, jadi sering bolak-balik ke kamar kecil.

Ini adalah hari latihan kita bareng-bareng terakhir sebelum bakal dibagi per tribun. Satu hal yang saya sadari, banyak cowok-cowoknya yang pada akrab gara-gara latihan bareng ini. Biasanya bakal kenalan dan ikut ceritaan di depan belakang kiri dan kanannya. Ketawa bareng tiap ada salah nada pas nyanyi, atau ngumpul di depan AC kalau udah selesai latihan. Temen-temen yang hari-hari pertama masih malu mulai keliatan liar disini. Mungkin suasananya udah lebih akrab ya.

Nah, pas malam itu kita disuruh mencar ke tribun-tribun yang ada. Totalnya ada delapan tribun. Dan saya akhirnya terdampar di tribun satu, tribun paling ujung dan paling terakhir. Banyak muka-muka baru yang saya liat di tribun ini, saya waktu itu belum sadar kalau merekalah yang bakal kasih cerita spesial buat pengalaman Nation Building saya ini.

Kebiasaan kalau ketemu temen baru, kita pasti bakal ngejelasin asal kota kita, Samarinda, yang kayaknya dikit banget yang tau. Plus muka Jawa saya sehingga sering banget dikira anak Surabaya, padahal gak bisa bahasa Jawa sama sekali. Sementara temen-temen lain kelakuannya udah mulai keliatan ajaib, Raisa, Aji, Fauzan, Kenan, Lyon, Eriadi, Putra, Chaidir, Riyadi, Tyo, Kiki, Romy, dan anak-anak lain yang saya sampai sekarang saya masih belum hapal semua namanya 😦

Di hari ini juga kita di ajarin buat rancak, jadi sewaktu masuk ke area pementasan kita harus nyanyi sambil gerak. Luar biasa produktif dan multitasking. Ruangan latihan yang udah panas itu sukses jadi makin panas lagi. Dan karena kita semua baru belajar, jadi masih banyak banget yang salah dan nubruk-nubruk temen waktu latihan. Dan banyak dari kita yang lebih fokus ke gerakan sehingga ga banyak yang nyanyi. Pokoknya malam itu lumayan chaos, untung para LO selalu nyemangatin kita buat tetep fokus latihan rancak malam itu.

Oh iya, di hari kedua ini saya KO sampai harus minum obat demam dan langsung tidur pas di kamar. Gak kuat sama latihannya.

Day 3: Dimulai dari Sini

Ini hari pertama kita nyoba formasi tribun dengan baik dan benar, dan yang paling saya ingat itu pas lagi nyanyi bareng-bareng disuruh stop terus cowok-cowoknya dibilang suaranga pada fals jadi kita harus nyanyi per tibun. Langsung deh cewek-ceweknya nyemangatin para cowok diatas supaya gak gugup, karena semua mata memandang tribun satu. Tapi untung aja waktu itu kita aman-aman aja gak kena marah lagi. Yang jelas, suara cowoknya pada hari ini makin kecil aja gara-gara efek suara makin habis.

Nah di hari ini pula kita udah gak boleh lagi liat partitur. Seperti hari pertama, kita masih agak susah untuk menyanyi dengan nada yang benar karena sering keikut sama Sopran. Kadang, kalau lagi gak diperhatikan banyak yang curi-curi lirik ke arah partitur. Tapi, yang namanya pelatih maha dahsyat pasti nyadar kalau ada yang liat partitur. Hari ini kita dimaksimalkan buat nyanyi semua lagu dengan komposisi dan urutan yang tepat, gak boleh salah-salah lagi. Ya mau gak mau, kita harus fokus dengan latihan.

Ah tapi namanya Tribun-1, kalau udah istirahat bahan ceritaannya udah gak karuan. Terutama dua baris teratas yang berisiknya naudzubillah, ada aja yang dibahas. Kadang pas lagi rancak dan dalam posisi siap, kita dibelakang pada berisik sampai kena tatapan-tatapan dari tribun sebelah wkwk. Kalau kita sih yang penting bahagia, yang lain dipikirin nanti aja. Latihan di hari ini sampai sore aja, soalnya kita bakal lanjut buat Talkshow Kebangsaan (bintang tamunya Tulus !!). Di hari ini juga kita berhasil menjodohkan secara fiktif antara Aji dengan Raissa.

1446968460751

Day 4: Makin Dekat Makin Semangat

Hari ini udah masuk ke Gladi Bersih. Kita sendiri baru latihan jam 7 malam, setelah pulang dari Kudus. Nah, kita udah diposisikan di tribun sebenarnya dan juga udah ada musik pengiring. Jelas keliatan banget kalau temen-teman pada capek setelah perjalanan bolak-balik dari Kudus. Bawaannya pengen cepet balik aja ke hotel. Tapi, yang saya salut bahwa temen-temen tetep berusaha latihan semaksimal mungkin agar suara yang keluar bisa kedengaran merdu dan pas nadanya. Latihan rancak walaupun pada pegel, semua tetep berusaha ikut sesuai arahan pelatih. Radang saya sendiri hari itu makin parah, jadi tiap berapa jam pasti menghisap Strepsils terus. Hal ini gak menjadi penghalang, karena perjuangan kita tinggal sebentar lagi. Jangan sampai hal ini jadi sia-sia.

Tribun-1 makin dekat di hari ini. Selain udah punya yel-yel tribun, yel-yel njot-njotan, hampir dari kita selalu foto-foto tiap kali ada istirahat sampai ratusan kali dan gak peduli lagi pakai kamera siapa, makan bareng-bareng, bahkan shalat bareng mencari ridha Allah SWT bareng-bareng. Kita udah pada santai ceritaan kayak sudah kenal lama. Mungkin di dalam hati kita sadar, dalam waktu gak bakal lama kita bakal pisah dan peluang untuk bisa ngumpul lagi itu agaklah kecil. Cherish every moment you got

1447113867306

Day 5: Eksekusi. Malam Dharma Puruhita

Ini adalah puncak dari segala puncak. Dari pagi kita latihan untuk menyanyi mengiringi teater berkali-kali sampai maksimal menurut para pelatih. Berlatih rancak sampai lancar dan gak ada kebingungan lagi di muka kita. Semua total walau hari itu kita diforsir habis-habisan. Temen-temen udah banyak yang bisa menyanyi dengan benar walau tanpa partitur. Jelas butuh usaha ekstra agar kita bisa siap untuk acara nanti malam, malam dimana kita dinobatkan sebagai Beswan Djarum 2015/2016 angkatan 31. Bau keringat, muka lengket, handuk basah berkeliaran udah jadi pemandangan biasa. Akhirnya sore menjelang dan kita semua berganti baju, dan pakai almamater bersiap untuk malam puncaknya.

H-5 menit Malam Dharma Puruhita. Kita semua sudah berada di posisi siap untuk rancak. Sebelum mulai, temen-temen Tribun 1 berdoa bersama berharap semoga acara bisa lancar dan tidaklah menjadi hal yang sia-sia. Jadi ingat semua momen latihan bareng-bareng kemaren, dan bisa sampai di titik ini. Begitu musik mulai terdengar, semua choir dengan posisi rancak masuk ke dalam Ruang Merbabu yang sudah penuh dengan tamu undangan dan media. Semua tersenyum dan tampak bahagia. Kami ingin menunjukkan kalau latihan berat seminggu terakhir akan manjadi sebuah pengorbanan yang tak akan sia-sia dan terbayarkan. Diiringi lagu Rame-Rame, Rancak terasa sangat meriah dan terkorodinasi, hingga semua paduan suara bisa berada di posisi tribun yang ditentukan

Ada satu momen yang bener-bener bikin saya merinding dan mau menangis, bahkan saat saya sedang menuliskan ini dan memikirkannya lagi, segala memori itu kembali lagi. Bagaimana Beswan ini dipilih dari 15.000 lebih mahasiswa, yang kemudian disaring berkali-kali untuk mencari 522 mahasiswa terbaik yang layak mendapat gelar Beswan Djarum. Saya jadi ingat semua perjuangan, semua pengorbanan yang harus saya lalui buat bisa berada disini. Ngelepas momen buat jadi LO di Magelang, gara-gara tanggal tes barengan sama acara. Tapi memang, usaha tak akan pernah berkhianat. Saya dan teman-teman bisa berada disini karena kami memang mampu dan layak. Semua bangga atas pencapaian ini. Saya ingat mama saya selau menyebut-nyebut saya akan pergi ke Semarang tiap kali ketemu temannya. Saya sadar ini bentuk kebanggaan orang tua saya terhadap saya. I don’t want to disappoint them. Momen ini ditutup dengan semua Beswan bernyanyi Hymne Beswan Djarum sambil bergandengan tangan. Saya merinding. Semua teman saya merinding. Kita sudah jadi satu keluarga, bersatu seikat walau mungkin masih banyak yang belum kenal. Perasaan yang muncul, yang gak saya rasakan tiap hari. I don’t wanna go home.

Semua lagu yang kita udah hapalin bisa tampil sempurna dan menggelegar, dari Lo Harus Gerak yang bikin semangat, Melompat Lebih Tinggi yang teman-teman nyanyikan dengan super enerjik, hingga Tinggikan yang bikin merinding. Kerja keras kita selama latihan ini akhirnya terbayar. Semua selalu tersenyum saat menyanyi. Rasa Sayange menutup Malam Dharma Puruhita dengan penuh kebahagian dan kecerian buat semua yang terlibat.

1447176678953

Kenyataan jelas yang terpampang di depan adalah, kita semua bakal berpisah malam ini. Semua ingin mengabadikan momen-momen terakhir ini, dengan teman-teman yang sukses mengisi hari-hari latihan dengan penuh keceriaan. Mencari kesempatan untuk berfoto dengan dia yang dikagumi diam-diam. Saya sendiri menghabiskan dengan berfoto kesana-kemari, dengan teman-teman Tribun-1 yang beberapa bakal pulang malam ini. Sedih, jelas. Saya ngerasa saya dapat momen yang sama waktu saya berpisah dengan teman-teman grup C waktu Jenesys tahun lalu. Mungkin di foto semua tersenyum, tapi jujur waktu malam itu saya rasanya gak ingin pisah dan ingin bahagia saja.

1447174506000

1447174483186

1447284033818

1447345883872

Terima kasih buat pelatih-pelatih super tabah dan super sabar yang selalu memotivasi kita buat bisa menyanyi lebih baik, walau mungkin aslinya kita pada gak punya bakat. Buat temen-temen Tribun-1, semoga kapan-kapan bisa ketemu lagi dan bahagia bersama lagi, mungkin kita bisa sedikit berdoa kepada Tuhan agar dapat dipertemukan bersama dalam suasana bahagia dan ceria suatu saat nanti.

Pengalaman jadi paduan suara ini membuktikan kalau kita mau berusaha, kita bakal dapat satu reward tak terduga, yang tak ternilai harganya. Jangan sia-siakan kesempatan. Seperti pesan para LO waktu hari pertama, maksimalkan latihan supaya pas pulang nanti tidak menyesal.

Dan Alhamdulillah, saya puas dengan apa yang bisa kami raih pada saat itu.

APA KABAR BESWAN DJARUM HARI INI?

LUAR BIASA FANTASTIS YES YES YES BESWAN BESWAN DJARUM YES

This slideshow requires JavaScript.

Hati – Hati di Jalan Ya

Tahun 2011 lalu saya pernah buat satu paper yang judulnya (kalau gak salah, maklum soft file-nya udah kehapus gara-gara flash discnya rusak) “Safety Riding sebagai Mata Pelajaran Wajib di Tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah”. Makalah ini dibuat sebagai persyaratan untuk ikut Astra Honda Motor Best Students 2011. Idenya sih mungkin sederhana, tapi saya kepikiran buat jadikan ini ide dasar gara-garanya saya sering banget liat anak-anak kecil, gak pake helm dan bonceng tiga keliaran di jalan-jalan Kota Samarinda. Istilah cabe-cabean belum populer saat itu. Saya sih jujurnya pengen nendang mereka dari motor sampai jatuh, terus saya tinggal biar mereka kapok. Tapi daripada saya diamuk warga, jadi saya coba menuangkan ide saya lewat makalah saja. Karena nendang bocah pas naik motor bukan solusi yang efektif. Lagipula, tahun 2011 saya masih naik angkot kemana-mana. Belum punya SIM soalnya.

Saya sempat cari data statistik buat paper saya ini, dan ternyata angka kecelakaan di jalan raya yang melibatkan anak-anak dan pelajar di bawah 17 tahun lumayan tinggi. Asumsinya sendiri, mereka gak punya pengetahuan yang cukup tentang keselamatan berkendara. Selama ini mereka hanya mengandalkan informasi terbatas dari orang tua dan lingkungan mereka. Dan bahkan ada beberapa oknum orang tua yang sudah membolehkan anaknya berkendara di jalan, padahal secara fisik dan psikis mereka belum layak. Lah iya, naik motor aja kakinya masih jinjit kok. Makanya, seandainya sejak kecil selama mereka bersekolah ada pendidikan tentang keselamatan berkendara, hal ini bisa jadi preventif yang mampu membuat anak-anak tersebut berpikir dua kali untuk naik kendaraan (terutama sepeda motor) dikarenakan mereka belum layak secara fisik (naik motor masih jinjit) dan psikis (kalau di klakson panik, terus jatuh dari motor. nangis).

Duh jangan sampai
Duh jangan sampai

Sekarang 2015, dan kecelakaan yang melibatkan entah itu anak-anak, pelajar, bahkan mahasiswa yang secara hukum udah dianggap mampu untuk berkendara masih banyak. Dalam seminggu terakhir ini saja, saya dapat dua kabar duka dari teman sekolah saya dimana mereka menjadi korban lakalantas dan meninggal dunia. Ironisnya, salah satu dari mereka sedang menuju kampus dan satunya lagi baru saja dari kampus. Indonesia kehilangan dua calon potensial pemimpin masa depan.

Tulisan ini sendiri mengingatkan teman-teman pembaca untuk selalu fokus dan berhati-hati di jalan. Bahaya selalu mengancam kita di jalan. Kadang, kitanya yang sudah berhati-hati dan mengikuti aturan lalu lintas, ada pengguna jalan lain yang egois yang bisa saja mengancam jiwa kita dan pengendara lainnya. Kitanya udah belok pakai lampu sein, eh ada aja yang nyalip dari sisi yang salah. Pas jalan maju karena udah ada lampu hijau, eh ada yang tiba-tiba ngebut dari sisi lain yang seharusnya mereka masih berhenti. Kita (masih) hidup di Indonesia, yang memang kita bisa lihat sendiri kalau banyak sekali peraturan lalu lintas yang sering dilanggar beberapa oknum, kecuali ada polisi di simpangan jalan dan oknum ini gak mau kena tilang. Brengsek kan?

Bentuk pelanggaran yang paling sering saya lihat, tentu saja tidak bukan dan tidak lain adalah menerobos lampu merah. Apa susahnya sih nunggu 60 detik buat berhenti sebentar. Saya sering banget ketemu orang yang naik motor, gak pakai helm, terus nerobos lampu merah dan pas saya klaksonin dia malah melotot. Duh mz, jangan bereproduksi ya. Tindakan sembrono macam ini bisa mengancam pengendara lain yang taat mengikuti aturan lampu di sisi simpang lainnya. Sekarang ini saya sangat berusaha untuk menghargai durasi lampu lalu lintas, karena untuk menentukan berapa durasi lampu lalu lintas ini ternyata butuh studi khusus dan gak gampang. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas sudah membuktikan betapa susahnya buat menghitung durasi lampu lalu lintas ini.

Kita juga harus fokus selama mengendarai kendaraan. Kalau lagi capek, ngantuk, mendingan istirahat dulu. Di minggu ini juga, saya dikabarin kalau temen saya ada yang nyaris pingsan pas lagi bawa sepeda motor, untungnya aja dia mau pingsan pas di dekat kantor polisi jadi dia singgah kesana untuk numpang pingsan. Untungnya sih gak kenapa-kenapa, tapi kita sampai diceramahi bapak polisi disana kalau tindakan temen saya ini bisa membahayakan dirinya sendiri dan pengguna jalan lainnya. Lebih baik tunda sejenak daripada kehilangan nyawa selamanya.

Yang terakhir selain mengikuti rambu lalu lintas dan fokus selama perjalanan, jangan lupa juga untuk berdoa setiap kali akan bepergian. Harapannya agar selama perjalanan bisa lancar dan selamat sampai tujuan. Kita pasti sering banget kan denger “Hati-hati di Jalan ya” dari temen-temen kita tiap kali kita pamit? Selamat, kamu punya temen yang peduli banget sama kamu.

Seleksi Djarum Beasiswa Plus 2015: This Is Where All Begin

Dulu waktu zaman SMP, setiap kali nonton TV sering banget ngeliat iklan yang jinglenya cukup catchy dan bikin inget tiap liat, sampai sekarang.

Nah, itulah awal saya mengenal Djarum Beasiswa Plus. Waktu SMP dulu, gak pernah kepikiran buat apply pas nanti kuliah. Semua berubah saat semester 2 kuliah saya, di Fakultas Teknik Unmul tercinta.

Semester 2, 2013. Beberapa minggu sebelum keberangkatan saya ke Negeri Tokyo Banana, pas lagi iseng lewat di koridor gedung 1 gak sengaja ngeliat poster Beswan Djarum di papan mading. Disana tertulis dapat intensif 750.000 sebulan selama setahun + pelatihan soft skill. Lumayan kan bisa beli iPhone wkwkwk (walaupun ujung-ujungnya gak jadi beli dan 50 persen dana beasiswa akan disumbangkan ke Starbucks dan McDonald’s terdekat). Hanya mahasiswa semester 4 yang bisa apply, sejak saat itu saya berniat untuk apply beasiswa ini saat saya semester 4 nanti. Harus.

Oh iya, saya belum sempat jelasin apa itu Djarum Beasiswa Plus. Jadi, sejak tahun 1984 Djarum Foundation yang merupakan program CSR dari Djarum berkontribusi langsung dalam pendidikan di Indonesia melalui program Djarum Beasiswa Plus. Seperti dibahas sebelumnya, yang membedakan Djarum Beasiswa Plus dengan beasiswa lainnya ialah pelatihan soft skills untuk membekali agent of change menjadi pemimpin masa depan bangsa.

Pelatihan yang diberikan antara lain Nation Building, Character Building, Leadership Development, Competition Challenges, Community Empowerment, serta International Exposure. Hingga saat ini, sudah ada 9000 lebih Beswan Djarum yang telah dibina oleh Djarum Foundation, dari 110 lebih perguruan tinggi di Indonesia di lebih dari 34 provinsi.

Balik lagi ke tahun 2015, ketika Djarum Beasiswa Plus sudah resmi dibuka dan banner raksasa sudah terpasang di simpangan Gunung Kelua, saya langsung ngurus administrasi dan mengirim berkas ke kantor di Surabaya. Sekitar bulan Juni awal, pengumuman seleksi administrasi diumumkan dan saya lolos. Eh tapi, ada dilema dibalik lolosnya administrasi ini.

Jadi, sebelum saya apply Djarum Beasiswa Plus, saya ikut seleksi jadi untuk jadi Liaison Officer (LO) di International Olympiad of Astronomy and Astrophysics (IOAA) 2015 di Magelang, Jawa Tengah. Ini adalah acara olimpiade internasional untuk tingkat SMA di bidang astronomi dan astrofisika, dan kebetulan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengadakana seleksi mahasiswa se-Indonesia untuk jadi LO. Dari 800+ applicants se-Indonesia, tersisalah sekitar 65 mahasiswa (eh lupa sih tepatnya berapa, pokoknya 60 lebih) yang lolos untuk jadi LO di acara penuh potensial ketemu calon istri internasional siswi-siswi asing ini dan alhamdulillah saya lolos. Lolosnya penuh perjuangan, soalnya harus bikin self introductory video, yang kebetulan waktu itu saya bikin di Taman Cerdas Samarinda siang-siang dan filenya hampir kehapus. Terus juga ada wawancara Skype pakai Bahasa Inggris, jadi saya harus bela-belain ke J.Co biar dapet sinyal WiFi bagus dan waktu wawancara mepet sama acara kampus. Nah, ternyata waktu itu Test Seleksi di Unmul jatuh tanggal 3 Agustus 2015, yang dimana TABRAKAN sama kegiatan IOAA, yang baru selesai tanggal 5 Agustus. Ya mau gak harus milih salah satu, dan dengan berat hati saya harus lepas kepanitiaan di IOAA 2015. Padahal udah lumayan kenal sama anak-anak LO via WhatsApp yang notifnya bisa ratusan tiap hari. Pupuslah harapan selfie di depan Borodur di malam hari. Tapi ini jadi pemecut semangat, kalau saya gak boleh gagal di seleksi nanti. GAK BOLEH. Pengorbanan buat bisa lanjut ini gak boleh sia-sia. (Dan ternyata sekitar sebulan kemudian, seleksi di Unmul dimundurin jadi 30 Agustus (╥_╥) )

Untuk persiapan, saya beli buku psikotes di Gramedia berhubung saya terakhir ikut tes TPA itu SMA kelas 1 (dan itupun yang gratisan). Dan ternyata saudara-saudara, belajar buat psikotes itu lumayan bikin pusing. Saya yang anaknya gampang bosenan paling hanya tahan satu jam buat belajar, habis itu ya nonton Masterchef Season 6 berulang-ulang dan ujung-ujungnya nyesal di malam hari kenapa gak belajar siangnya. Yang harus disiapin juga Wartegg Test, ituloh test gambar berupa 8 kotak yang masing-masingnya harus dilanjutkan pola yang sudah ada didalam. Saran saya sih, jangan terpaku sama gambar yang beredar di internet. Jadilah kreatif, karena ini jadi poin penting yang bisa menonjolkan potensi kamu. Saya banyak baca pengalaman Beswan lain di blog mereka, katanya yang gambarnya terpaku dengan internet rata-rata gak lolos seleksi tertulis. Selain Wartegg Test, yang harus dilatih adalah tes Draw A Person dan Draw A Tree terutama buat anak seperti saya yang otak kanannya agak gak seimbang, jadi kalau udah gambar pasti ada aja yang gak beres. Gambarlah orang yang sedang berkegiatan, dengan jenis kelamin sama seperti kamu, dan buat penjelasan tentang figur yang kamu gambar. Kalau gambar pohon, gambarlah pohon berkambium dengan lengkap sampai buah-buahnya ada. Jangan gambar pohon beringin, nanti kamu dikira pendukung Partai Golkar.

Beberapa hari sebelum test, datanglah email nan mulia dan ditunggu-tunggu, Undangan Seleksi Djarum Beasiswa Plus 2015.

Yaelah, tesnya di Teknik. Teknik lagi teknik lagi
Yaelah, tesnya di Teknik. Teknik lagi teknik lagi

Jadi, undangan ini bakal dikirim ke email dan ke nomor handphone kita. Undangan tiba tandanya tes semakin dekat, berarti harus makin rajin dong belajarnya. Oh enggak, saya tetep masih nonton ulang TV Series yang udah diulang ratusan kali. Kebiasaan nista yang harus segera dikurangin ini.

Dan datanglah 30 Agustus 2015, di Minggu pagi yang biasanya saya pakai buat jogging jajan pentol bakar di GOR Sempaja hari ini harus ditinggalkan dulu. Pas masuk parkiran, kirain sepi eh ternyata udah banyak motor yang parkir. Penasaran dong jumlah peserta tes berapa. Langsung saya menuju Kelas Besar F. Teknik dan mendapati udah banyak mahasiswa dengan almamater kuning lagi nunggu registrasi. Gak lama, temen saya Paisal Ramadhanur pun datang. Sekitar jam 8 pagi, kami dipersilahkan masuk ke ruangan sambil menunjukkan undangan. Iseng-iseng liat absen, ternyata ada 58 peserta tes hari ini. Berarti ada sekitar 50 lebih yang harus disikat disisihkan untuk menjadi Beswan Djarum tahun ini.

Test dimulai dengan pemutaran video TVC dan profil Djarum Beasiswa Plus yang jujur bikin merinding, saya mah gak kuat kalau liat video yang beginian dari jaman SMA dulu. Lalu, perkenalan dari pihak panitia yang juga dibantu alumni Beswan Djarum dan rewardee tahun 2014/2015. Di meja kami masing-masing, tersedia merchandise berupa buku catatan, pulpen, dan juga name tag. Wah baru tes aja udah dikasih macem-macem, lumayan kan seandainya gak lolos masih dapat kenang-kenangan untuk dijual disimpan.

Notes + Name Tag + Pulpen
Notes + Name Tag + Pulpen

Suasana Kelas Besar F. Teknik tercinta
Suasana Kelas Besar F. Teknik tercinta

Panitia menjelaskan bahwa ada 158 applicants se-Universitas Mulawarman dan 58 orang berhasil lolos seleksi administrasi. Dan hanya 4 orang yang akan dipilih untuk menjadi Beswan Djarum periode ini. 4 ORANG SAUDARA-SAUDARA. Peluang lolos 6,89 persen ini sungguh bikin khawatir.

Tes dimulai tepat jam setengah 9, jadi tes TPA ini dibagi jadi 6 sesi. Dibagikanlah buku soal, dimana satu sesi soalnya ini berbeda-beda waktu pengerjaannya (dan gak disebutin waktunya berapa lama) jadi ya temen-temen harus fokus ngerjainnya dan ga boleh buang-buang waktu. Soalnya sendiri ada pengetahuan umum, tes numerik, bacaan, hubungan kata, tes verbal dan deret matematika. Lumayan bikin panik sih awal-awal tes, dimana soalnya belum semua kejawab eh udah disuruh berhenti. Jadi, saran saya kalau waktunya udah habis, cepat aja silang yang kosong dan berharap jawabannya nembus. Ketelitian juga penting, karena terkadang jawabannya mirip-mirip apalagi kalau sudah soal bacaan. Perbanyak pengetahuan umum, lumayan buat nambah skor kalau kalian bisa jawab semua soal disini dengan tepat.

Tes kedua, yakni Wartegg Test. Kita dikasih kertas dengan 8 kotak yang sudah berpola. Sama seperti sebelumnya, waktu pengerjaan gak dikasitau. Gambarlah sekreatif mungkin dan ingat jangan terpaku sama internet. Nanti kita disuruh mengurutkan dari yang pertama di gambar sampai terakhir. Tips internet pasti menyarankan gambarlah secara urut namun acak, seperti 1-2-3-4-8-7-6-5. Namun kemarin saya acak sesuai urutan menggambar, kadang kalau terfokus sama teori malah hasilnya bisa gak sesuai harapan. Percaya sama diri sendiri aja. Terakhir, kita disuruh menuliskan judul masing-masing gambar serta gambar mana yang paling disukai, dibenci, mudah digambar dan susah digambar.

Tes ketiga dan terakhir adalah Draw A Tree dan Draw A Person. Disini saya gambar pohon mangga, karena saya suka mangga wkwk dan ini gambar pohon yang menurut saya mudah digambar. Untuk orang saya menggambar pria berumur 28 tahun yang sedang presentasi profit perusahaan di depan direksi perusahaan. Nah, disini kita harus bisa menjelaskan profil dari figur yang kita gambar. Gambar saya seperti biasa, sangat abstrak sekali. Dua tes ini digambar pakai pensil dan seperti Wartegg Test, GAK BOLEH DIHAPUS. Jadi yang telaten ya gambarnya.

Sekitar setengah 11 tes selesai, dan saya berharap Isyana Sarasvati atau Raisa bisa hadir mengisi waktu (karena Malang kebagian Isyana tahun ini aarghhh). Sayang mereka gak ada, digantikan alumnus Beswan Djarum yang iseng nanyain satu-satu peserta. Jam setengah 12 diumumkan yang lanjut ke tahap wawancara, dan ternyata saya dan Paisal lolos ke wawancara. Sisa 12 dari kami yang bakal memperebutkan jatah kursi buat tahun ini. Game is on.

Wawancara dimulai jam setengah 2, kebayang kan nunggunya lama banget ini. Jadi 12 orang ini ada 5 orang anak Teknik, 4 orang anak MIPA, 2 anak Fekon, dan 1 anak FKIP. Terdapat tiga pewawancara yang hadir dan bakal mewawancarai kami, dan setiap sesi kira-kira 30 menit. Saya sendiri kebagian Pak Heru. Pas wawancara, saya ditanyai tentang organisasi, ditanya tentang gimana pandangan saya sebagai mahasiswa Teknik Sipil terhadap masalah perkotaan di Samarinda, pokoknya kita harus interaktif menanggapi setiap pertanyaan yang diajuakan pewawancara. Tunjukkan potensi temen-temen kalau kalian memang layak untuk menjadi The Next Beswan Djarum. Saya juga cerita pengalaman saya waktu ikut di Jenesys 2.0 2014 dan sepertinya beliau tertarik. Saya juga cerita kalau saya punya blog dan lumayan sering isi, mengingat Djarum Beasiswa Plus punya program Blog Competition. Diakhir sesi, Pak Heru bertanya apakah ada pertanyaan dan saya tanya menurut beliau apa harapan Djarum terhadap Beswan Djarum yang nantinya akan terpilih. Beliau menjelaskan pandangan beliau dengan jelas dan mantap. Setelah selesai dan berjabat tangan dengan mantap, saya keluar dari ruangan dan pulang karena waktu sudah sore dan jujur udah capek seharian. Pengennya bobok aja. Setelah berusaha sedemikan lupa, usaha terakhir saya cuma bisa berdoa dan berharap sama Allah semoga usaha ini bisa berbuah manis.

Untungnya jadi peserta tes dari Unmul, tesnya tanggal 30 dan pengumumannya tanggal 31. Sehari doang. Bayangin aja yang tes sebelum puasaan baru pengumuman tanggal 31 Agustus, kan geli-geli geregetan. Saya gak tahu jam berapa pengumumannya pas tanggal 31 Agustus ini. Nah, pas jam 3 pagi tanggal 31 Agustus saya gak sengaja kebangun gara-gara banyak nyamuk di kamar. Iseng-iseng buka Twitter Beswan Djarum katanya udah pengumuman saudara-saudara tepat pukul 00:00 WIB. Lah apa saya gak keringetan. Pas buka dari HP ya katanya harus buka dari laptop dan laptop saya lagi rusak :’). Alhasil saya nunggu orang rumah pada bangun biar bisa pinjem laptop buat buka pengumuman. Jam setengah lima, kebetulan Mama saya udah bangun jadi saya bisa masuk ke kamar buat ambil laptop Bapak. DEG DEG DEG DEG. Udah deg deg-an waktu buka website Djarum Beasiswa Plus, dan waktu masukkan kode registrasi ….. Hasilnya alhamdulilah. Rasanya beban udah hilang dari pundak. Bersyukur banget, Allah ngasih rejeki untuk kesekian kalinya tahun ini. Yang bikin seneng, temen saya Paisal juga lolos jadi ada temen berangkat entar wkwk (tapi yang bikin bete anak ini gak ngasitau dia lolos gara-gara paketnya habis -.-). Dua Beswan Djarum lainnya berasal dari Fakultas Ekonomi. Jadi ya tahun ini Universitas Mulawarman diwakilkan oleh dua anak teknik dan dua anak ekonom. Widih.

Alhamdulillah ini kegiatan skala nasional kesekian sekalinya yang biasa diikuti, insyaallah gak kagok lagi kalau ketemu orang banyak wkwk. Prinsip saya sih bakal tetep sama, orang yang diem itu pasti ilmunya lebih dalem dari penampilan dia. Terbukti abang-abang dan mbak-mbak yang saya kenal di Jenesys kemarin itu tampilannya sederhana, tapi prestasinya luar biasa. Boleh berisik, tapi berisiklah yang bertanggung jawab. Kayak temen saya Jagad #HitsJogja anak XL Future Leaders dan Bang Imam #HitsTangerang mantan anak fast-track PWK Undip  #sungkem. Pesan saya buat kalian, tetaplah jadi anak sederhana namun bisa nunjukin prestasi kalian, tanpa harus koar-koar tanpa harus jadi beton kosong nyaring bunyinya.

Gak sabar untuk ikut kegiatan-kegiatan pelatihan yang akan datang, buat ketemu-ketemu temen-temen se-Indonesia nantinya. Kegiatan seperti ini bisa nambah relasi kita, pengalaman waktu ikut AHMBS 2011 pas SMA, sampai sekarang masih kontak lewat Facebook sama temen-temen kelompok maupun bukan. Jenesys 2.0 apalagi, sangat menggugah dan menginspirasi karena banyak alumnus yang berprestasi setelah kegiatan dan bikin kita berdecak kagum dan memotivasi kita agar tetep mengembangkan potensi diri. Buat kalian yang bakal ikut seleksi tahun-tahun mendatang, percaya sama diri kalian dan jangan lupa doa sama Yang Diatas. Kesempatan buat jadi Beswan Djarum cuma sekali, gak bakal datang dua kali. Manfaatkan sebaik-baiknya You know, do the best and God will take the rest.

Dan saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bang Zulfi, alumni Beswan Djarum angkatan kesekian dari Universitas Diponegoro yang juga kebetulan temen dari Jenesys 2.0, yang menunjukkan kalau alumnus Djarum Beasiswa Plus bakal jadi figur yang kece, hits, dan menginspirasi. THANK YOU BANG. Segeralah berjodoh bang.